Jumat, 03 Agustus 2012

Cerita Rakyat Cidelaras

Dahulu pada abad ke 11 kerajaan Jenggala merupakan kerajaan yang terkenal. Pada saat itu Kerajaan dipimpin oleh Raden Putra. Raden Putra memiliki 2 istri, yang satu menjadi permaisuri dan satunya lagi menjadi selir. Raja dan kedua istrinya ini tinggal di sebuah istana yang megah. Sayangnya selir sang raja memiliki sifat iri dan dengki. Hal ini terjadi karena selir ingin menjadi permaisuri sang raja.

Hingga suatu hari selir merencanakan sesuatu untuk menyingkirkan permaisuri. Ia bekerja sama dengan seorang tabib istana. Saat itu selir berpura-pura sakit. Akhirnya tabib istana dipanggil untuk mengobati sang selir. Setelah memeriksa sakit sang selir, tabib melaporkan bahwa selir sakit karena mendapat guna-guna, dan yang memberikan guna-guna tidak lain adalah permaisuri.

Mendengar itu semua akhirnya Raden Putra murka. Ia memerintahkan kepada patih untuk membawa permaisuri ke hutan dan membunuhnya. Akhirnya sang patih membawanya ke hutan. Sang patih yang mengetahui duduk perkaranya tidak tega untuk membunuh permaisuri. "Tenanglah tuan putri, saya akan mengatakan kepada baginda raja bahwa engkau telah kubunuh". Akhirnya sang patih membasahi pedangnya dengan memakai darah kelinci, supaya terlihat bahwa dia telah membunuh permaisuri. Ia melaporkan kepada raja bahwasanya permaisuri sudah dibunuh.

Permaisuri yang sebenarnya sedang hamil begitu sedih, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya berusaha agar bisa hidup di hutan. Dibuatnyalah sebuah rumah sederhana dengan atap daun kelapa. Setelah beberpa bulan akhirnya ia melahirkan. Anaknya yang laki-laki itu kelihatan tampan dan pintar. Ia memberi nama anak itu Cindelaras.

Cindelaras tumbuh menjadi anak yang sehat. Ia sangat akarab dengan para penghuni hutan. ia sering bermain-main dengan berbagai binatang, baik yang kecil maupun yang besar. Ia bermain dengan kijang, kerbau, monyet, kancil, bahkan sampai ular naga. Suatu hari ketika bermain-main dengan binatang hutan, datanglah seekor burung rajawali. Burung itu memberinya sebuah telur ayam. Cindelaras begitu senangnya menerima telur itu. Akhirnya telur itu dititipkan kepada naga untuk ditetaskan.

Setelah 3 minggu telur tadi menetas dan menjadi ayam yang lucu. Ia memelihara ayam itu baik-baik. Setelah besar, ayam tadi menjadi ayam jantan yang perkasa. Ketika ayam tadi berkokok, suaranya tidak seperti ayam lainya. "Kukuruyuuuk, jagone cindelaras, omahe tengah alas, gendhenge godhong klaras, putrane Raden Putra, daleme ing Jenggala". Jika diterjemahkan adalah sebagai berikut "Kukuruyuk, ayam jagonya cindelaras, rumahnya di tengah hutan, atapnya daun kelapa, puteranya Raden Putra, Rumahnya di Jenggala."

Cindelaras begitu terkesima mendengar suara ayam tadi. Ia segera memberitahu ibunya. Ibunya akhirnya menceritakan yang sebenarnya, bahwa ia sebenarnya adalah putra raja. Sang ibu diusir dari istana ketika sedang mengandung, karena mendapat fitnah. Setelah mendapat cerita dari sang ibunya, akhirnya cindelaras bertekad untuk menemui Raden Putra. Setelah meminta ijin kepada ibunya, ia pergi menuju ke istana Jenggala, ditemani oleh ayam jantannya.

Di perjalanan dia bertemu dengan sekelompok orang yang sedang menyabung ayam. Salah seorang akhirnya memanggil cindelaras. Hai anak kecil, kalau ayammu memang perkasa, coba adu dengan ayam kami. Cindelaras akhirnya menyetujui. Ia mengadu ayamnya. Dan ternyata ayamnya menang. Orang-orang yang memiliki ayam yang kuat berusaha mengadu ayamnya dengan ayam Cindelaras, dan ayam Cindelaras selalu menang.

Karena sering menang, Cindelaras menjadi terkenal. Berita tentang Cindelaras akhirnya terdengar sampai ke telinga raja. Sang Raja yang juga memiliki kegemaran mengadu ayam, segera memanggil Cindelaras. Raja memiliki seekor ayam kuat yang tak pernah terkalahkan. Akhirnya diadakan kesepakatan, jika ayam cindelaras kalah maka ia akan dihukum pancung, dan jika menang maka raja akan memberikan setengah kekayaan istana.

Ketika melihat Cindelaras, sebenarnya Raja sangat kagum. Anak ini kelihatan tampan dan cerdas, pastilah anak ini bukan anak sembarangan. Ia pasti bukan anak rakyat jelata. Akan tetapi raja tidak mau banyak berpikir. Raja segera memikirkan acara penyabungan ayamnya. Ketika terjadi pertarungan, suasana begitu ramai. Pertarungan antara kedua ayam kelihatan begitu seimbang. Penonton menyaksikan pertarungan dengan begitu gembira. Akhirnya setelah sekian lama bertempur, ayam cindelaras memenangkan pertempuran. Penonton bersorak-sorai membanga-banggakan Cindelaras.

Raja mengakui kekalahannya. Akhirnya raja bertanya kepada Cindelaras ,"Siapakah kamu nak?" Cindelaras tidak menjawab, ia hanya tersenyum dan memberikan hormat pada raja. Ia kemudian memberikan isyarat kepada ayamnya untuk berkokok. Akhirnya ayam jantannya berkokok "kukuruyuuuk, jagone cindelaras, omahe tengah alas, gendhenge godhong klaras, putrane Raden Putra, daleme ing Jenggala". Ayam itu berkokok berulang-ulang.

Mendengar suara ayam yang seperti itu raja menjadi semakin kebingungan. Sang Patih yang mengetahui duduk perkaranya akhirnya menceritakan kepada sang raja. Akhirnya sanga Raja menyadari kesalahannya. Ia segera menyiapakan iring-iringan untuk menjemput permaisurunya. Ketika sampai di hutan, raja begitu bersedih melihat tempat tinggal permaisurinya yang hanya beratap daun kelapa. Ia segera meminta maaf.

Setelah sampai di istana, sang raja mengusir selirnya karena kesalahannya. Setelah itu, Raja, permaisuri dan Cindelaras hidup bahagia di istana Jenggala. Setelah beberapa tahun sanng Raja yang sudah tua akhirnya wafat. Ia digantikan oleh putranya, Cindelaras. Cindelaras memerintah Jenggala dengan adil dan bijaksana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar