Artikel ini adalah lanjutan dari bagian 1
Latar
belakang yang sama juga terjadi pada Yulianti, bukan nama sebenarnya. Tidak
punya pengalaman di bisnis mendorongnya untuk membeli hak waralaba. Saat itu,
dipikirkannya ada dua hal terhadap bisnis franchise. Pertama, tidak butuh
pengalaman, untuk memulai bisnis. Kedua, bisnis franchise tinggal menjalakan
saja karena sistemnya sudah disediakan oleh franchisor.
Dua
pandangan itu kemudian bertemu dengan impian yang diberikan oleh franchisor
yang menjanjikan bisnianya sangat bagus. Menurut penuturan yulianti, selama dia
di prospek, tidak ada satupun penjelasan
mengenai kemungkinan gagal dan berbagai kendala yaang harus dihadapi dengan
mental yang kuat sebagai pebisnis.
“Janjinya selalu
bagus, bahwa bisnis ini menghasilkan peluang yang bagus. Mereka selalu
menjelaskan yang bagusnya. Saya tidak dijelaskan kesulitan dan kesukaran yang
mungkin dialami,” katanya mengisahkan.
Seperti apa
bisnis yang dialami Yulianti? Menurut penuturannya, di awal peluang bisnis yang
dijalaninya , itu terlihat bagus. Bahkan dia melihat ada potensi sukses pada
bisnis yang dijalankannya.
Sayangnya,
bukan hanya support yang tidak diberikan, bahkan bahan baku dari produk yang
harus dijual pun tersendat-sendat dikirim oleh franchisornya. Menurut Yulianti,
jika seperti itu bisnis tersebut sudah bisa dipastikan akan mati. Kasarnya, apa
yang harus dijual jika bahan baku yang seharusnya disediakan oleh franchisor
justru tidak ada.
Yulianti
yang membeli hak waralaba di bisnis kecantikan itu harus menelan pil pahit.
Dari sisi produk tidak disediakan, apalagi inovasi yang sangat dibutuhkan untuk
bisnis kecantikan. “Kadang-kadang produknya tidak ada. Tidak ada pula
penambahan produk baru. Bahkan inovasi pun tidak ada. Kalau untuk usaha
kecantikan seperti ini itu kita harus
inovasi terus, kita harus mengikuti perkembangan mode, itu yang kurang dari
franchisor”, katanya.
Yulianti
hanya mengalami support dan bantuan yang prima di 3 bukan pertama. Franchisor
ikut mendampingi dalam waktu tiga bulan tersebut. Setelah itu, Yulianti seperti
ayam yang kehilangan insuknya. Bahkan, Yulianti harus beriklan sendiri karena
tidak di support oleh franchisor setelah 3 bulan pertama itu.
Yulianti
saat ini masih tercatat dan menjalani
bisnis kecantika tersebut, tetapi satu
outletnya sudah ditutup yang dimall kelapa gading. Karena dari sisi lokasi yang
dipilihkan, oleh franchisornya itu, menurut yulianti tidak strategis. Tetapi,
bisnisnya yang di mall karawaci masih berjalan.
lanjutan artikel
lanjutan artikel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar