Sabtu, 29 Desember 2012

Pengalaman Franchisee yang Tidak Happy 4



Artikel ini adalah lanjutan dari bagian 1
Pandangan positif ketika hendak membeli hak waralaba terhadap bisnis franchise mulai terbalik dengan pengalaman Yulianti di bisnisnya itu. Menurutnya, bukan support yang didapatkan dari franchisenya, tetapi justru pressure. Bahkan, tanpa bantuan yang baik, justru kata Yulianti , franchisornya ingin menaikkan harga. “Lama kelamaan kok kita yang terus di push.” Tuturnya dengan nada kecewa.

Menurut Yulianti, karena tidak ditunjang sepenuhnya oleh inovasi, kemuadian standar SDM nya yang kurang baik karena training yang diberikan tidak bagus, sehingga kinerja bisnisnya tidak maksimal.

Baik Bimada maupun Yulianti mengaku salah memilih franchisor. Seharusnya,  kata mereka franchisor memiliki pengalaman yang kuat dan juga komitmen yang tinggi untuk bisa mendorong sukses franchiseenya.

Yulianti dan Bimada hanya sedikit dari merek yang mengalami pengalaman yang pahit dengan franchisornya. Meski tidak semua franchisor seperti yang digambarkan itu, namun franchisor yang hanya bisa membantu di tiga bulan pertama saja, tidak membuat bisnis itu bisa berkembang. Sebab, kerugian tidak hanya bagi franchisee, tetapi jaringan bisnis frnchisorpun bisa terhambat. Sebab, franchisee menjadi salah satu bukti sukses yang bisa merangsang calon-calon franchisee berdatangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar